Kisah Teladan Ibnu Sina dalam Menghadapi Orang Bodoh - Terkadang Diam Itu Emas
Sebagai masyarakat yang hidup di padang pasir Ibnu Sina merupakan salah satu tokoh yang suka melakukan perjalanan untuk berbagai kepentingan. Suatu ketika beliau melakukan perjalanan untuk urusan tertentu, ketika dalam perjalanan Ibnu Sina melihat ada tempat yang rindang dan bisa dijadikan sebagai tempat berteduh dan beristirahat. Beliau menghentikan kudanya di tempat tersebut kemudian mengikat kudanya di tempat yang agak rindang dan beristirahat.
Setelah beristirahat sejenak, Ibnu Sina lalu memberi makan kudanya dengan jerami yang dicampur dengan rumput-rumput yang dipilihnya berkualitas baik. Sebagai manusia yang memiliki pengetahuan yang tinggi, Ibnu Sina mengetahui betul bahwa menyiksa hewan itu suatu hal yang buruk, hewan apapun harus disayang karena merupakan ciptaan Allah, apalagi hewan yang sehari-hari selalu membantu manusia dalam beraktivitas.
Setelah memberi makan kudanya, Ibnu Sina kembali beristirahat di tempatnya yang lebih teduh yang tidak jauh dari tempat kudanya beristrahat. Beliau kemudian mengambil bekal yang dibawanya dan menikmatinya untuk menghilangkan lapar dan dahaga.
Dalam kesendiriannya menikmati bekal yang dimilikinya, tiba-tiba datang seseorang mengendarai keledai yang juga ingin beristirahat di tempat tesebut. Orang yang baru datang ini turun dari keledainya kemudian mengikat keledainya itu di dekat kuda milik Ibnu Sina, dengan maksud agar keledai yang ia kendarai dapat memakan jerami dan rumput yang sama dengan yang dimakan oleh kuda milik Ibnu Sina.
Setelah keledainya diikat dan diberi makan, orang ini kemudian berjalan dan menuju ke tempat istirahat Ibnu Sina dan beristirahat dekat dengan ilmuan Islam ini. Setalah itu dia mengambil bekalnya dan menikmatinya. Di sela-sela mereka berdua menikmati apa yang mereka miliki, Ibnu Sina mengingatkan orang ini dengan mengatakan bahwa.
"Keledai yang engkau miliki, jauhkan dari kudaku agar tidak ditendang"
Orang yang berada di dekat Ibnu Sina ini hanya tesenyum mendengar peringatan itu, dia tidak bergerak untuk memindahkan keledainya, dan hanya memandang ke arah keledai dan kuda yang berdiri berdampingan.
Tak begitu lama dari peringatan Ibnu Sina, tiba-tiba terdengar suara "plak," kuda milik Ibnu Sina menendang keledai yang berada di dekatnya hingga keledai itu terluka cidera.
Melihat keledainya sudah terluka cidera, orang ini kemudian marah-marah kepada Ibnu Sina, dan meminta pertanggung jawaban kepada Ibnu Sina atas apa yang telah kuda itu lakukan kepada keledainya. Namun Ibnu Sina hanya diam, tak ada sepata katapun terucap dari mulut Ibnu Sina. Merasa kesal dengan hal tesebut, pemiliki keledai ini pergi ke hakim untuk melaporkan apa yang telah terjadi dan meminta agar hakim mengatakan kepada Ibnu Sina untuk mengganti rugi atau membayar luka cedera keledai miliknya yang ditendang kuda milik Ibnu Sina.
Setelah laporan itu diterima oleh hakim, Ibnu Sina dipanggali untuk dilakukan sidang. Dalam persidangan hakim bertanya kepada Ibnu Sina tentang apa yang telah terjadi, namun Ibnu Sina tetap menutup mulutnya, tak terucap satu katapun.
Melihat keadaan ini, hakim kemudian bertanya kepada orang yang mengadukan permasalahannya.
"Apakah orang yang engkau laporkan ini bisu?"
Mendengar pertanyaan dari hakim itu, orang yang mengadu ini menjawab, "tidak hakim, saat berteduh tadi dia berbicara kepadaku."
Hakim terdiam sejenak dan bernya lagi, "apa yang orang ini katakan kepadamu?"
Orang ini dengan wajah yang mulai berubah menjawab dengan hati-hati, "keledaimu jangan dekatkan dengan kuda yang ku miliki, nanti ditendang"
Hakim tersenyum mendengar jawaban dari orang ini, kemudian berkata kepada Ibnu Sina, "engkau memang orang yang cukup cerdas, dengan tidak berkata apapun kebenaran sudah terungkap"
Ibnu Sina lalu tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh hakim tersebut, kemudian ia berkata, "tiada cara apapun menghadapi orang yang bodoh, kecuali dengan diam, karena dengan begitu kebenaran akan menunjukkan jalannya sendiri. Itulah yang menyebabkan saya memilih untuk diam."
Sidangpun selesai, dan Ibnu Sina tidak membayar ganti rugi atas apa yang telah kudanya lakukan kepada keledai miliki orang tersebut, karena sebelumnya Ibnu Sina sudah memperingatkan orang tersebut agar jangan mendekatkan keledainya di dekat kuda miliki Ibnu Sina.
Dari salah satu kisah kecerdasan Ibnu Sina di atas, dapat kita petik pelajaran bahwa, ternyata diam itu terkadang emas. Untuk menghadapi orang bodoh kita tak perlu banyak berdebat dengan mereka, karena orang yang memiliki kecerdasan yang minim tidak akan mampu menjangkau cara berpikir orang yang cerdas. Mereka (orang-orang bodoh) akan terus berdebat hingga bisa terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Olehnya itu bijak dan berpikir cerdas merupakan jalan yang terbaik dalam menghadapi berbagai persoalan.
0 Response to "Kisah Teladan Ibnu Sina dalam Menghadapi Orang Bodoh - Terkadang Diam Itu Emas"
Posting Komentar