Al-Quran, Bacaan Suci dan Mulia
Al-Quran secara bahasa berasal dari kata “qoroa yaqrou” (kata kerja) yang artinya membaca, kemudian membentuk menjadi isim yaitu Quran yang artinya bacaan.
Sedangkan secara istilah Al-Quran adalah wahyu Allah SWT yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril, untuk disampaikan kepada umat manusia.
Al-Qur’an secara harfiah berarti "bacaan sempurna" merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu, yang dapat menandingan Quran Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia. (M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quan : 3).
“Tiada bacaan yang sempurna dan mulia” yang perlu digaris bawahi, dimanakah sebenarnya letak kemuliaan Al-Quran dan dimanakah letak kesempurnaan Al-Quran ?
Kesempurnaan Al-Quran tidak saja terletak pada ayat-ayat yang terkandung di dalamnya tetapi juga terletak pada sejarah diturunkannya. Al-Quran diturunkan secara bertahap, agar pelaksanaan hukum-hukum yang ada di dalamnya tidak secara serentak, jadi manusia akan menyesuaikan diri juga secara bertahap terhadap ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya.
Al-Quran bercerita tentang kejadian masa lampau, apa yang telah terjadi sejak pertama kali Nabi Adam Alaihissalam diciptakan hingga kejadian-kejadian lain di masa lampau, semuanya diceritakan baik secara tersurat maupun secara tersirat di dalamnya. Selain itu, Al-Quran juga bercerita tentang kejadian yang akan terjadi pada masa yang akan datang, apa yang terjadi saat ini dan saat yang akan datang sudah dilukiskan secara baik dan tanpa meleset satupun di dalamnya.
Al-Quran juga bercerita tentang fenomena alam, misalkan tetang kerusakan bumi, baik itu di darat maupun di laut yang menurut Al-Quran karena ulah manusia. Al-Quran menceritakan tentang bertemunya dua lautan yang tidak akan bercampur airnya antara satu dengan yang lain.
Sebelum manusia modern bisa keluar ke luar angkasa, Al-Quran menceritakan kejadian luar biasa yang terjadi pada masa awal Islam masuk ke tanah Arab, dalam surat Al-Isro’ menjelaskan bahwa Rosulullah sudah terlebih dahulu ke luar angkasa bertemu dengan sang pencipta alam semesta hanya dalam waktu semalam, yang rute perjalanannya dimulai dari Masjidil Haram di mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Yerusalem kemudian naik ke sidrotul muntaha. Di zaman dulu yang teknologinya masih kurang orang akan mengatakan bahwa kejadian itu mustahil terjadi, namun saat ini teknologi telah menjawab kebenarannya.
Dalam Al-Quran Surat Ar-Rahman ayat 33 Allah SWT berfirman yang artinya :
“Wahai kaum jin dan manusia, jika kamu sanggup (ingin) menembus (melintasi) seluruh penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, (namun) kamu tidak akan sanggup menebusnya kecuali dengan kekuatan”.
Apa yang dimaksud dengan kekuatan di dalam Al-Quran ini tiada lain adalah kekuatan ilmu pengetahuan dan kekuasaan manusia dalam mengatur perjalanan untuk melintasi seluruh langit dan bumi.
Dalam mempelajari Al-Quran manusia tidak saja dituntun untuk mengetahui cara baca, hukum bacaan, ketentuan huruf, bacaan panjang pendek, bacaan yang dipertebal dipertipis dan lagu serta nada bacaannya, tetapi juga susunan redaksi dan kosa kata yang dipilih untuk menyusun ayat-ayatnya. Selain itu Al-Quran juga dipelajari isi kandungannya, makna tersiratnya, bahkan kesan yang ditimbulkannya. Begitu sempurna Al-Quran hingga titik dan komanya saja juga harus dikenal oleh pembacanya.
Tiada satu bacaan yang sudah dihitung jumlahnya seperti Al-Quran, yang terdiri atas 6666 ayat, 77.439 kosa kata, dan jumlah huruf sebanyak 323.015. Dalam buku wawasan Al-Quran, M. Quraish Shihab menyebutkan bahwa salah satu contoh kesempurnaan Al-Quran dilihat dari penggunaan kata-kata yang jumlahnya sama antara satu kata dengan antonimnya, misalnya hayat terulang sebanyak antonimnya maut, masing-masing sebanyak 145 kali, kata akhir terulang sebanyak 115 kali sebanyak kata dunia, kata malaikat terulang 88 kali sebanyak kata setan, thuma’ninah yang artinya ketenangan terulang sebanyak 13 kali yang sama dengan kata dhiyaq yang artinya kecemasan, dan kata panas terulang sebanyak 4 kali yang sama dengan kata dingin. Selain itu, perhitungan hari dalam setahun juga sama dengan jumlah kata hari di dalam Al-Quran yaitu sebanyak 365 kali, lalu kata bulan terulang sebanyak 12 kali yang sama dengan bulan-bulan dalam setahun.
Masih banyak ayat-ayat Al-Quran yang dari segi jumlah sama persis dengan lawan katanya, atau sesuai dengan apa yang ada di langit dan dibumi. Itu semua tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menunjukkan kesempurnaan Al-Quran dan keseimbangannya. Dalam Al-Quran surat Al-Syura ayat 17 Allah SWT berfirman yang artinya :
“Allah menurunkan kitab Al-Quran dengan penuh kebenaran dan keseimbangan”
Dari ayat di atas dapat kita lihat bahwa Allah memberikan jaminan akan kebenaran dan keseimbangan ayat-ayat yang diturunkannya itu kepada umat manusia. Tiada kitab di dunia ini yang dapat menandingi kamaha kayaan dan kemaha luasan makna kata, ayat dan surat yang ada di dalamnya. Bahkan Allah juga menantang manusia untuk membuat yang semisal dengan Al-Quran, namun itu semua tidak dapat manusia lakukan walau semua ahli dan orang cerdas di dunia berkumpul untuk membuatnya.
Al-Quran dijamin oleh Allah kebenaran dan keasliannya sejak pertama diturunkan hingga saat ini. Al-Quran tidak akan bisa diterpa oleh badai, tidak lekang oleh waktu, tidak akan lapuk dikeai hujan. Allah menjelasakan hal ini dalam Al-Quran surat Al-Hijr ayat : 9 yanga artinya :
“Sesungguhnya kami (Allah bersama Jibril yang diperintahkanNya) menurunkan Al-Quran dan kami (Allah dengan keterlibatan manusia) yang memeliharanya”.
Allah dalam setiap firmannya tidak egois dengan mengatakan dirinya sendiri jika hal itu terjadi atas keikutsertaan malaikat atau manusia. Selulalu dijelaskan sesuai dengan keberadaan aslinya, sehingga apa yang tampak dan apa yang tertulis di dalam kitab akan sama adanya.
Allah memelihara Al-Quran di atas muka bumi ini dengan memberikan kekuatan pengetahuan kepada manusai untuk menghafal Al-Quran. Tidak ada satupun kitab di dunia ini yang dihafal seperti Al-Quran, keasiliannya akan tertanam di dalam otak para penghafal Al-Quran, sehingga jika ada yang ingin merubah ayat, kata, bahkan harokatnya saja maka itu pasti akan diketahui.
Al-Quran diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk, pegangan dan bekal di dunia. Al-Quran merupakan pedoman hidup, yang mengarahkan setiap langkah manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Al-Quran kalau menurut hemat penulis bukanlah bekal di akhirat, tetapi bekal di dunia. Di akhirat nanti Al-Quran akan memberikan safaat kepada orang yang menjadikannya sebagai pedoman hidup yaitu orang-orang yang bertaqwa.
Dalam Al-Quran surat Al-Baqorah ayat 2 Allah berfirman yang artinya.
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
Majunya peradaban Islam berawal dari diturunkannya Al-Quran, kota madinah sebagai pusat peradaban Islam di masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, tidak lain adalah karena semangat Al-Quran yang memberikan rangasangan secara ruhiyah maupun jasmaniah. Al-Quran memberikan semangat kepada umat Islam hingga bisa membentuk jazirah arab yang awalnya menyembah berhala menjadi beriman kepada Allah.
Peradaban Islam setelah para sahabat menemukan kejayaannya hingga mencapai benua eropa, kota kordoba masih menjadi saksi sejarah peradaban Islam di Eropa. Bahkan menara di paris dibuat sejajar dengan arah kiblat. Semua ini tak lain karena semangat Al-Quran yang dipegang teguh oleh umat Islam.
Peradaban Islam di masa Rosulullah dan di masa para sahabat begitu harmonis, contohnya kota madinah di zaman rosulullah dan zaman para sahabat hidup pula umat non-muslim seperti Yahudi dan Nasrani, mereka hidup rukun dan damai, mereka saling membantu antara satu dengan yang lain.
Di zaman kholifah Sahabat Umar Bin Khottob, umat Islam sudah menaklukkan Yerusalem tanpa ada peperngan. Dan sahanat Umar memerintahkan agar jangan sampai ada Gereja yang dirusak atau dibakar, jangan sampai ada umat Nasrani yang terluka, mereka dibawah perlindungan umat Islam. Bahkan ketika masuk waktu sholat Sahabat umar ditawari untuk sholat di dalam Gereja, namun umar menolaknya dengan alasan bahwa, jika saya Sholat di Gereja saya kawatir suatu saat umat Islam akan mengklaim gereja sebagai miliknya, maka Umar memohon diri untuk medirikan Sholat di tempat bekas Rosulullah melakukan perjalanan menuju sidrotul muntaha, yaitu lokasi Baitul Maqdis saat ini.
Ada pesan yang ingin disampaikan oleh kholifah umar saat itu kepada kita umat islam untuk saling menghargai dan hidup rukun dalam beragama. Kalau kita lihat dalam konteks ke-Indonesiaan saat ini saya masih melihat orang yang hidup di kepulauan kei (Kota Tual dan Kab. Maluku Tenggara) yang membawa misi perdamaian seperti sahabat Umar bin Khattab.
Di kedua daerah ini tidak ada pengrusakan tempat ibadah seperti di daerah lain di Indonesia, bahkan kalau ada pembangunan masjid, umat Nasrani akan datang dan membantu dan membawa yelim (sumbangan)nya, mereka marah atau bersedih jika pembangunan masjid tidak ada pemberitahuan, hal yang sama juga dilakukan umat Islam di kedua daerah ini jika ada pembangunan gereja.
Hidup yang seperti inilah yang sebenarnya diserukan oleh Al-Quran, walaupun kita berbeda dalam Aqidah (teologi) namun kita harus saling menghargai, menghormati, saling mengasihi, antara satu dan yang lain tanpa ada batas dan garis yang memisahkan.
Tujuan Al-Quran diturunkan bukan saja untuk menjelaskan tentang masalah ibadah, masalah spiritual dan masalah mistis (gaib). Tetapi turun untuk diperlajari nilai-nilai yang terkandung di dalamanya, tentang makna kehidupan, dan tentang makna kasih saya, sebagaiman sifat sang pemberi wahyu Allah SWT Yang Maha Rahman dan Rahim.
Pada akhirnya saya ingin mengatakan bahwa, "Al-Quran diturunkan tidak saja untuk mendamaikan hati kita dengan Allah, tetapi juga mendamaikan kita dengan seluruh umat manusia". Wallahu A'lam.
0 Response to "Al-Quran, Bacaan Suci dan Mulia"
Posting Komentar